Rabu, 31 Juli 2013

Suara Jari Telunjuk


Renungan ku

Pada sabtu malam itu aku duduk tediam di depan kamar yang sunyi, menatap luasnya langit bertabur kemerlapnya bintang yang tidak cukup banyak, namun mampu menghibur hati ku yang kesepian ini. Aku bersandar di kursi kayu tua yang sudah mulai tidak kokoh lagi keempat kakinya karena sudah temakan umur. Hisap demi hisapan aku rasakan nikotin sebatang rokok bersama secangkir kopi hangat aku menghabiskan malam sabtu itu. Telinga kecil ku pun cukup terhibur akan adanya paduan suara yang disumbangkan oleh katak-katak yang sedang konser. “Waw ternyata aku ada yang menghibur.” Hati ku berbicara.
Tiba-tiba aku tersenyum kecil bila mangingat-ingat apa saja yang telah aku lakukan beberapa bulan yang lalu hingga malam itu. Aku memutar memori pada saat di rumah yang tidak pernah sepi dari bajingan-bajingan MUSI, teriakan-teriakan, canda tawa, pisuh-pisuhan, ejek-ejekan, rebutan remot tv, aksi social untuk membeli rokok, pesta alchohol yang tiap malam kita gelar, berdendang bersama alunan guitar akustik, hingga konflik personal dari saudara-saudaraku terdahulu yang saat ini telah merantau ke luar kota untuk bekerja. Terus terang aku rindu moment seperti itu, bahkan sangatlah rindu, tetapi tidak mungkin aku membuat suasana malam ini menjadi malam yang ramai seperti malam-malam yang terdahulu. “Sebuah pertemuan pasti ada perpisahan”. Kata itu langsung keluar dari bibirku. Suara para bajingan-bajingan ku itu masih menempel kuat di telingaku. “Sampai bertemu di dunia kerja kawan.” Begitulah kata-kata yang mampu menghibur rasa rinduku pada mereka. Menurutku ini adalah proses untuk pendewasaan diri.
Hieek..!! Hatiku sekarang sudah terisi oleh cinta. Pada awalnya aku tidak mengerti cinta apa yang ada di hatiku ini, entah cinta sesaat atau cinta sejati. Tapi yang jelas saat ini aku telah jatuh cinta pada seorang wanita. Pada awalnya aku tidak tahu dari mana rasa itu datang. Mungkin ini pemberian dari Tuhan untukku agar aku dapat belajar bagaimana merasakan cinta.  Tidak terasa rokok yang ada di jari tanganku sudah mulai memanasi jari tanganku. Karena aku masih nyaman dengan situasi saat itu, aku pun menyalakan satu batang rokok lagi. Sambil kuteguk secangkir kopi sesekali aku menatap langit yang mulai dipenuhi bintang-bintang. Ternyata cukup damai. Satu lagi aku mendapatkan pembelajaraan untuk proses pendewasaan diri.
Tiba-tiba aku merasakan ada getaran dari suku celana jeansku, aku pun terkejut. Apa ya ini?? Owalahh…hapeku tho yang berdering. 1 new massage. Ternyata dari rere (nama samaran). “nyet.” dia menyapa ku. Ini dia seorang wanita yang mampu singgah di hatiku. Aku pun bersyukur karena menemukan wanita sehebat dia. Aku kagum dengan kepribadiannya yang baik hati pada setiap orang. Semoga aku dapat tulus mencintainya dengan sepenuh hati. Sekali lagi aku tersenyum kecil dikala aku ingat wajah kecilnya. Senang rasa ini bila dapat melihat dirinya tersenyum.
       Aku takut… aku takut untuk memberikan cintaku sepenuhnya kepada dirinya. Aku takut kalau sampai aku cinta mati pada dirinya. Padahal cinta ku padanya dan rasa sayangku padanya semakin hari semakin bertambah besar. Aku takut bila cintaku ini tidak sampai pada dirinya. Atau aku kecewa. aku takut merasakan hal yang seperti itu. Tapi memang seperti itu lah hidup. Bagaikan raoda yang berputar terkadang kita berada di atas namun sesekali kita juga akan merasakan berada di bawah. Tapi walau menakutkan aku akan tetap berusaha menjaga perasaanku ini. Aku akan tetap berjuang, karena ini merupakan proses pendewasaan diri juga.
Harapanku menjalin hubungan dengan “rere” tidak lah muluk-muluk. Karena umur kami masih cukup muda dan masih banyak PR yang masih harus aku selesaikan. “Biarkan semuanya mengalir dengan sendirinya seperti air.”  Karena lewat hubunganku dengan rere aku ingin belajar bagaimana cara mencintai seseorang, belajar untuk mencintai dia dengan tulus apa adanya. Sekaligus belajar untuk dicintai. “karena menurutku dalam hidup ini kita tidak hanya membuka tangan saja untuk menerima saja, tapi kadang kala kita juga harus saling member dan saling melengkapi satu sama lain, agar semua dapat seimbang.” Seperti analogi sebuah gelas yang sudah terisi air setengah, bila diisi air terus menerus maka air yang ada di dalam gelas tersebut akan berceceran ke mana-mana. Maka agar air itu tidak berceceran tidak berguna, alangkah baiknya bila kita mencari wadah lain agar kita dapat mengisikan air yang bertumpahan itu ke dalam wadah tersebut, sehingga gelas yang tadi penuh sekarang sudah berkurang isinya, dan dapat diisi lagi dengan air yang baru.” Dalam analogi ini aku mengartikan sebuah gelas seperti diri kita sendiri.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Badanku sudah mulai merasakan dinginnya angin malam. Angin yang dapat menembus hingga tulang rusukku. “Wah…bisa masuk angin kalau begini.”aku bicara dalam hati. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Karena kedua mataku sudah mulai mengeluarkan air mata kar’na sudah lelah aku pakai untuk melihat seharian, aku pun berusaha memejamkan mata untuk mangistirahatkannya. Ternyata  badanku juga terasa sudah letih. Tapi sebalum aku tertidur, tidak lupa aku berdoa untuk mengucap syukur kepada Yesus juru slamatku karena masih diberikan nafas hingga detik ini. Tidak lupa aku mendoakan kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku yang aku sayangi, dan wanita yang aku cintai “my lovely” Reisha Ryanurti (nama samaran) beserta keluarga agar selalu diberkati oleh Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.
1 agustus 2013...lagi..lagi dan lagi..memang gampang-gampang susah menghadapi kamu nyuk...aku mendapatkan analogi baru tentang dirimu, analogi ku itu  seperti mobil antik yang sudah langka sparepartnya...sangatlah menggembirakan dan senang sampai kepalang bila dapat mengendarai mobil antik mengelilingi kota, sangat mendapatkan kepuasan tersendiri bila dapat merawatnya dengan benar sehingga menjadi sebuah inspirasi hidup dan sebuah kebahagaian dalam hidup..namun untuk mendapatkan kebahagian itu, aku harus dengan sabar menghadapimu bila kau sedang rewel, bila kau sedang mogok di tengah jalan...entah itu dikarenakan kopling yang sudah aus, atau busi yang sudah mati, atau accu yang sudah tidak dapat mengalirkan aliran listrik ke busi lagi...terkadang aku lelah saat mendorong mu, terkadang aku jenuh dengan aktivitas mencari onderdil yang sudah langka itu agar kau dapat hidup kembali dan dapat membuat aku kembali tersenyum...namun aku sadarrrr...disitulah letak chemistry’nya...aku akan terus selalu belajar untuk menjadi dewasa...yang aku kejar dari mu bukanlah hasil akhir dari hubungan kita., atau akhir dari hubungan yang lebih lanjut, yaitu aku dan kamu dapat berjalan menghadapi melanjutkan hidup kita bersama. Tetapi yang aku kejar adalah suatu proses dari hubungan kita yang selalu berdinamika...suatu proses pembelajaran kedewasaaan diri..semogaa dirimu juga memiliki pemikiran seperti ini juga..:-)


                                                                                Vincentius Thio Ngesti