Renungan ku
Pada
sabtu malam itu aku duduk tediam di depan kamar yang sunyi, menatap luasnya
langit bertabur kemerlapnya bintang yang tidak cukup banyak, namun mampu
menghibur hati ku yang kesepian ini. Aku bersandar di kursi kayu tua yang sudah
mulai tidak kokoh lagi keempat kakinya karena sudah temakan umur. Hisap demi
hisapan aku rasakan nikotin sebatang rokok bersama secangkir kopi hangat aku
menghabiskan malam sabtu itu. Telinga kecil ku pun cukup terhibur akan adanya
paduan suara yang disumbangkan oleh katak-katak yang sedang konser. “Waw
ternyata aku ada yang menghibur.” Hati ku berbicara.
Tiba-tiba
aku tersenyum kecil bila mangingat-ingat apa saja yang telah aku lakukan
beberapa bulan yang lalu hingga malam itu. Aku memutar memori pada saat di rumah yang tidak pernah sepi
dari bajingan-bajingan MUSI,
teriakan-teriakan, canda tawa, pisuh-pisuhan, ejek-ejekan, rebutan remot tv, aksi social untuk membeli rokok,
pesta alchohol yang tiap malam kita gelar, berdendang bersama alunan guitar
akustik, hingga konflik personal dari
saudara-saudaraku terdahulu yang saat ini telah merantau ke luar kota untuk
bekerja. Terus terang aku rindu moment
seperti itu, bahkan sangatlah rindu, tetapi tidak mungkin aku membuat suasana
malam ini menjadi malam yang ramai seperti malam-malam yang terdahulu. “Sebuah
pertemuan pasti ada perpisahan”. Kata itu langsung keluar dari bibirku.
Suara para bajingan-bajingan ku itu masih menempel kuat di telingaku. “Sampai bertemu di dunia kerja kawan.” Begitulah
kata-kata yang mampu menghibur rasa rinduku pada mereka. Menurutku ini adalah
proses untuk pendewasaan diri.
Hieek..!!
Hatiku sekarang sudah terisi oleh cinta. Pada awalnya aku tidak mengerti cinta
apa yang ada di hatiku ini, entah cinta sesaat atau cinta sejati. Tapi yang jelas
saat ini aku telah jatuh cinta pada seorang wanita. Pada awalnya aku tidak tahu
dari mana rasa itu datang. Mungkin ini pemberian dari Tuhan untukku agar aku
dapat belajar bagaimana merasakan cinta. Tidak terasa rokok yang ada di jari tanganku
sudah mulai memanasi jari tanganku. Karena aku masih nyaman dengan situasi saat
itu, aku pun menyalakan satu batang rokok lagi. Sambil kuteguk secangkir kopi
sesekali aku menatap langit yang mulai dipenuhi bintang-bintang. Ternyata cukup
damai. Satu lagi aku mendapatkan pembelajaraan untuk proses pendewasaan diri.
Tiba-tiba
aku merasakan ada getaran dari suku celana jeansku, aku pun terkejut. Apa ya
ini?? Owalahh…hapeku tho yang
berdering. 1 new massage. Ternyata
dari rere (nama samaran).
“nyet.” dia menyapa ku. Ini dia seorang wanita
yang mampu singgah di hatiku. Aku pun bersyukur karena menemukan wanita sehebat
dia. Aku kagum dengan kepribadiannya yang baik hati pada setiap orang. Semoga
aku dapat tulus mencintainya dengan sepenuh hati. Sekali lagi aku tersenyum
kecil dikala aku ingat wajah kecilnya. Senang rasa ini bila dapat melihat
dirinya tersenyum.
Aku takut… aku takut untuk memberikan cintaku
sepenuhnya kepada dirinya. Aku takut kalau sampai aku cinta mati pada dirinya. Padahal
cinta ku padanya dan rasa sayangku padanya semakin hari semakin bertambah
besar. Aku takut bila cintaku ini tidak sampai pada dirinya. Atau aku kecewa.
aku takut merasakan hal yang seperti itu. Tapi memang seperti itu lah hidup.
Bagaikan raoda yang berputar terkadang kita berada di atas namun sesekali kita
juga akan merasakan berada di bawah. Tapi walau menakutkan aku akan tetap
berusaha menjaga perasaanku ini. Aku akan tetap berjuang, karena ini merupakan
proses pendewasaan diri juga.
Harapanku
menjalin hubungan dengan “rere”
tidak lah muluk-muluk. Karena umur kami masih cukup muda dan masih banyak PR
yang masih harus aku selesaikan. “Biarkan semuanya mengalir dengan sendirinya
seperti air.” Karena lewat hubunganku
dengan rere aku ingin belajar
bagaimana cara mencintai seseorang, belajar untuk mencintai dia dengan tulus
apa adanya. Sekaligus belajar untuk dicintai. “karena menurutku dalam hidup ini kita tidak hanya membuka tangan saja
untuk menerima saja, tapi kadang kala kita juga harus saling member dan saling
melengkapi satu sama lain, agar semua dapat seimbang.” Seperti analogi sebuah gelas yang sudah terisi air setengah, bila diisi
air terus menerus maka air yang ada di dalam gelas tersebut akan berceceran ke
mana-mana. Maka agar air itu tidak berceceran tidak berguna, alangkah baiknya
bila kita mencari wadah lain agar kita dapat mengisikan air yang bertumpahan
itu ke dalam wadah tersebut, sehingga gelas yang tadi penuh sekarang sudah
berkurang isinya, dan dapat diisi lagi dengan air yang baru.” Dalam analogi
ini aku mengartikan sebuah gelas seperti diri kita sendiri.
Tidak
terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Badanku sudah mulai merasakan
dinginnya angin malam. Angin yang dapat menembus hingga tulang rusukku.
“Wah…bisa masuk angin kalau begini.”aku bicara dalam hati. Akhirnya aku
memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Karena kedua mataku sudah mulai
mengeluarkan air mata kar’na sudah lelah aku pakai untuk melihat seharian, aku
pun berusaha memejamkan mata untuk mangistirahatkannya. Ternyata badanku juga terasa sudah letih. Tapi sebalum
aku tertidur, tidak lupa aku berdoa untuk mengucap syukur kepada Yesus juru
slamatku karena masih diberikan nafas hingga detik ini. Tidak lupa aku
mendoakan kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku yang aku sayangi, dan wanita
yang aku cintai “my lovely” Reisha
Ryanurti (nama samaran) beserta keluarga
agar selalu diberkati oleh Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.
1 agustus 2013...lagi..lagi dan lagi..memang
gampang-gampang susah menghadapi kamu nyuk...aku mendapatkan analogi baru
tentang dirimu, analogi ku itu seperti
mobil antik yang sudah langka sparepartnya...sangatlah menggembirakan dan
senang sampai kepalang bila dapat mengendarai mobil antik mengelilingi kota,
sangat mendapatkan kepuasan tersendiri bila dapat merawatnya dengan benar sehingga
menjadi sebuah inspirasi hidup dan sebuah kebahagaian dalam hidup..namun untuk
mendapatkan kebahagian itu, aku harus dengan sabar menghadapimu bila kau sedang
rewel, bila kau sedang mogok di tengah jalan...entah itu dikarenakan kopling
yang sudah aus, atau busi yang sudah mati, atau accu yang sudah tidak dapat
mengalirkan aliran listrik ke busi lagi...terkadang aku lelah saat mendorong
mu, terkadang aku jenuh dengan aktivitas mencari onderdil yang sudah langka itu
agar kau dapat hidup kembali dan dapat membuat aku kembali tersenyum...namun
aku sadarrrr...disitulah letak chemistry’nya...aku akan terus selalu belajar
untuk menjadi dewasa...yang aku kejar dari mu bukanlah hasil akhir dari
hubungan kita., atau akhir dari hubungan yang lebih lanjut, yaitu aku dan kamu
dapat berjalan menghadapi melanjutkan hidup kita bersama. Tetapi yang aku kejar
adalah suatu proses dari hubungan kita yang selalu berdinamika...suatu proses
pembelajaran kedewasaaan diri..semogaa dirimu juga memiliki pemikiran seperti
ini juga..:-)
Vincentius Thio Ngesti